Kring...
Kring... Kring....
Alarmku berbunyi menunjukkan pukul 04.30 WIB. Aku
bangkit dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Setelah itu aku menunaikan
ibadah sholat Subuh. Ya, beginilah rutinitasku setiap harinya.
Aku melihat hpku. Ada 2 messages tertera di layar monitor hpku. Aku membukanya. “Selamat
ulang tahun, Dea J.”
Aku tersenyum melihat pesan itu. Terlebih pesan itu kuterima pukul 00.01 WIB.
Dan itu dari ‘dia’. Dia yang dulu mengisi hatiku, mengisi hidupku. Pesan kedua
berasal dari Destu. Ya, Destu. Teman sekelasku yang baik banget terlebih soal
pulsa. Hehehe. Aih Destu pagi – pagi sudah bikin orang senyum, pikirku.
“Dea.” panggil Ayah. Belum sempat aku menjawab
panggilan beliau, beliau sudah terlebih dahulu masuk kamarku. “Dea, nanti
anterkan buku matematika ke rumah adik sepupumu ya.” nada suara Ayah terdengar
gugup dan sedikit kacau. Aku mengernyitkan dahi. Melihat seperti ada ‘sesuatu’
yang mencurigakan. “Iya, Yah.” jawabku pada akhirnya. Setelah itu Ayah keluar
dan aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Sungguh aku tak pernah
menyangka. Ayah, Ibu, dan kedua adik kembarku menungguku di ruang tamu sembari
membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya. Diiringi pula oleh suara
cempreng Hady Hafizh yang menyanyikan lagu “Happy Birthday.” Ahh so sweet!
Aku mencium tangan kedua orang tuaku. Ayah, Ibu,
Hady, Hafizh bergantian memberi ucapan kepadaku. Suasana haru tak terelakkan
lagi. Ditambah surat yang berisi nasihat dari Ayah dan Ibu. Bahagia itu sederhana,
ya kan? Tiup lilin dan potong kue, tak lupa berdoa dan foto – foto tentunya
adalah kado istimewa dari keluarga kecilku. Sempurna.
****
Di sekolah tidak ada yang aneh dengan sahabat –
sahabat dekatku. Apa iya mereka gak mau ngerjain aku? pikirku. Ah, biarlah.
Tetapi ada yang berbeda dengan XI IPA 2. Anak – anak berubah jadi jutek dan aku
merasa terkucilkan. Sedih? Iyalah! Pasti! Mereka kenapa? batinku. Sampai tiba
saatnya pelajaran kimia dimulai. Bu Yayuk, guru kimiaku masuk kelas dan
memberikan tugas. Tugas ini dikerjakan perkelompok. Dan perkelompok terdiri
dari 2 orang. Padahal sekelas ada 37 anak. Ganjil. Dan, Bu Yayuk menyuruh Ifa
yang sudah jelas – jelas duduk sebangku denganku untuk mengerjakan bersama
Kemal. Nah lo? Sendiri kan akunya kan? Aku sudah mencoba protes ke Bu Yayuk
namun Bu Yayuk tetap pada pendiriannya. “Oke saya terima, Bu.” ujarku pasrah.
Tapi, keajaiban muncul tiba – tiba. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya aku
dapat ‘pasangan’. Friska. Ya dialah malaikat penolong yang membuat aku tidak
sendirian mengerjakan kimia. Sedikit lega.
Tet... Tet... Tet... Bel istirahat berbunyi.
Senangnya minta ampun. Aku mengajak Ifa dan Desy untuk pergi ke kantin. Tapi
mereka mengacuhkanku. Aku ngomong gak direken. Haduh bikin bad mood pol. Akhirnya aku memutuskan untuk menghabiskan waktu
istirahat dengan Renna.
Setelah jam istirahat selesai, aku masuk kelas dan mulai
mengerjakan PR yang lupa belum kusalin. Bu Yayuk masuk kelas untuk menagih
tugas tadi. “Kenapa kertasnya kurang?” sentak Bu Yayuk mengagetkanku. Akhirnya
dipanggillah nama – nama anak yang tertera di kertas itu. And you know what?
Namaku dan Friska gak dipanggil dan itu buat aku
deg – degan gak karuan. Aku maju ke depan untuk memberi penjelasan kepada Bu
Yayuk. Lebih tepatnya pembelaan diri. Namun Bu Yayuk tetap ngotot menyalahkanku
dan mengancam nilai kimiaku kosong. Nilai kimia kosong? Mau jadi apa aku? Pasti
Ayah Ibu marah besar. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk meray Bu Yayuk agar
mau memberi belas kasihannya padaku. Tapi hasilnya, nihil. Aku berusaha menahan
mataku yang sudah mulai berkaca – kaca agar tidak meneteskan air mata. Malu.
Tapi sentakan Bu Yayuk dan tatapan anak – anak kelas membuat tangisku pecah.
Ah, sh*t.
“Oke, yaudah. Semoga kamu tambah dewasa ya.” ujar Bu
Yayuk seraya memelukku. Diiringi dengan lagu ‘Happy Birthday’ yang dinyanyikan
teman – temanku, tangisku semakin menjadi. Ah, ini sulit dipercaya. Teman – teman
yang baru kukenal namun sudah begitu memerhatikanku. Mengharukan. Tiga buah kue
mungil nan lucu muncul dari belakang membuatku semakin terpesona. Terima kasih
IPA 2 J.
****
“Aku sudah didepan
rumahmu.” isi pesan yang kuterima. Dari Rahma. Sahabatku sejak SMP.
Kebaikannya sudah tidak bisa dihitung lagi. “Ayo masuk.” ajakku. Waktu serasa
tak bersahabat. Satu jam berbincang dengannya rasanya tak cukup. Dia harus
pulang. “Ini buat kamu. Selamat ulang tahun.” ucap Rahma lembut. “Makasih ya.”
ucapku tersipu. Menyenangkan.
****
2 hari kemudian...
“Dea mau ya nanti ke Detcon.” pinta Renna manja. “Males Ren. Panas nih.” ujarku ogah –
ogahan. “Ayolah. Please.” Pinta Renna
memelas. “Oke deh aku ikut.” jawabku pasrah. “Horeeee.” teriak Renna puas
dengan jawabanku. “Kamu sama Ifa ya. Aku sama Diyah. Oke?” pinta Renna sedikit
memaksa. “Oke terserah kamu aja.” jawabku. “Kamu ikut juga ya Fir.” Pintaku
sedikit memaksa ke Efira. “Em, gimana ya?” jawab Efira ragu. “Ayolah.” Pintaku
memelas. Berkat sedikit jurus rayuanku Efira akhirnya mengiyakan ajakanku. Yes,
batinku senang.
Aku berangkat terlebih dahulu daripada yang lainnya.
Sesampainya disana aku masuk dahulu bersama Ifa. “Ren kamu dimana?” tanyaku.
“Iya sebentar ini di parkiran.” ujar Renna diujung sana. “Oke cepetan.” ujarku.
10 menit belalu. Kemana mereka semua? Parkiran sebelah mana? Lama sekali? Tak
sabar, aku menelpon Renna lagi. “Renna kamu dimana sih?” ujarku sedikit geram.
“Iya iya ini lo sebentar dong.” ujarnya santai. “Cepetan!” ujarku sedikit
membentak.
“Aduh anak – anak kemana sih? Bosen nih. Kamu sadar
gak sih kita udah bolak – balik dari sini berapa kali.” ujar Ifa mulai
mengomel. “Iya aku juga bosen, sebel, capek. Anak – anak ini sebenernya kemana
sih?” ujarku mulai emosi. “Nah itu tuh anak – anak tuh.” ujar Ifa. “Kalian
darimana aja sih? Kita berdua nungguin dari tadi. Kita mondar – mandir didepan
pintu masuk kayak orang gila. Gak jelas tujuannya. Nyebelin ah.” omelku panjang
lebar. “Iya maaf.” ucap mereka santai. Aku hanya mengeram. Dalam hati.
Waktu berlalu, menunjukkan pukul 17.00 WIB. “Ayo
pulang rek.” Rengekku kepada mereka. “Oke ayo pulang.” ujar mereka. “Sebentar
aku mau ke toilet.” ujar Diyah seraya berlari. Efira mengejarnya. “Aduh itu
kenapa kejar – kejaran sih?” tanyaku heran. “Kebelet kali.” ujar Renna sambil
terkekeh. Tiba – tiba Ifa pun berlari menyusul Efira dan Diyah. Aku melihat
mereka berlari membawa sebuah kotak. Aku melirik ke arah Renna dan menemukan
keusilan disana. “Rennaaaa.” teriakku tersipu. “Ayo kesana yuk.” ujar Renna
seraya menarik tanganku. “Happy Birthday to you. Happy birthday to you...” lagu
itu terdengar untuk yang ketiga kalinya. Ahh teman – teman. “Ini dari
atlantis.” ujar Renna da Diyah bersamaan. Ya, atlantis. Atlantis adalah nama
untuk persahabatan mereka berdua. Nama yang unik. “Ah makasih teman – teman.”
ucapku tersipu. Terima kasih Atlantis J .
****
Tit... Tit... Hpku berbunyi. Ada sebuah message. “Rek, urunan lagi ya. Udah tak
pesenin kuenya. Besok pas pulang sekolah dirayain. Oke?” ujar si pengirim
pesan. Aku terperanga melihat isi sms tersebut. Terlebih yang mengirim adalah
Ifa. Semenit kemudian tawaku meledak. Ifa, Ifa.
Esoknya...
“Jangan bilang
ke anak – anak ya kalo kamu udah tau tentang rencana ini. Please. Nanti anak – anak marah ke aku.” pinta Ifa memelas. Aku
terperanga. Seneng, heran, geregetan, sebel bercampur jadi satu. Kenapa Ifa
harus se blak-blakan gini sih? batinku. “Oke.” jawabku singkat.
****
“Happy Birthday
to you. Happy birthday to you...” Efira, Dita, Nadhira dan Ifa muncul tiba –
tiba dihadapanku. Setengah senang setengah kaget. Mereka benar – benar
merayakan sepulang sekolah. Dan ini konyol! Hahaha. Aku tertawa melihat mereka
semua terlebih ketika melihat Ifa. Dan aku diam demi menyelamatkan muka Ifa
dihadapan teman – temanku lainnya. Konyol. Hahaha.
“Selamat ulang tahun J” ucap Desy. Lalu mereka berenam bergantian
menyalamiku. Aku serasa berada di pelaminan. Hahaha konyol. “Rek, kalian mau
tau sesuatu gak?” ucapku. “Apaan?” jawab mereka. Ku lirik wajah Ifa yang mulai
memucat, takut rahasianya terbongkar. Namun dengan segala ketegaanku, aku
membongkar semuanya. Dan terjadilah ‘perang Gaza II’. Muka kita berenam semua
hancur berantakan. Satu sama lain saling ‘menggoreskan’ cream kue ke muka yang lainnya. Dan setelah itu yang ada hanya tawa
lepas. Aku bahagia. Sangat teramat bahagia. Terima kasih cipirnomonely J .
****
Semua orang memberiku kesan. Dengan cara mereka
masing- masing. Aku tidak akan lupa. Bagaimana setiap orang menyayangiku. Cara
mereka membuatku tumbuh, hingga sebesar ini.
****
Hahaha konyol pek ((y)ˆ⌣')(y)
BalasHapushehee :)) terima kasih juga kadonya :) terima kasih juga cintanya<3
BalasHapus